BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Multitester lebih dipilih ketimbang alat ukur yang lain
karena simpel dan bisa digunakan untuk mengukur banyak satuan listrik meskipun
hanya dengan satu alat yakni multimeter saja. Dalam perkembangannya multitester selalu
mengalami perubahan, tentu saja perubahan yang dimaksud akan membawa
multitester menuju ke alat ukur yang lebih cermat serta mudah dalam
penggunaannya. Pada dasarnya multimeter merupakan gabungan alat ukur dari
volt meter, ohm meter dan ampere meter. Tapi sekarang ternyata multitester
masih diciptakan lagi dengan versi terbarunya. Jika dahulu orang hanya mengenal
multitester analog maka akhir-akhir ini perkembangan multitester menunjukkan multitester
versi yang terbaru yakni multimeter digital. multitester digital tentunya lebih
baik dari multitester analog, dengan akurasi pengukuran yang tinggi dan
kemudahan dalam penggunaan serta pembacaan data hasil ukur membuat multimeter digital mulai disenangi dan menyebabkan multitester
analog ditinggalkan. Meskipun demikian masih banyak pula orang yang menggunakan
multitester digital karena merasa sudah terbiasa dan selainn itu harganya lebih
murah daripada harus membeli multitester versi digital.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.Apa pengertian dari Multitester ?
2.Jenis-jenis Multitester ?
3.Apa fungsi dari Multister ?
4.Bagaimana Prosedur Penggunaan Multitester
C. Tujuan
1.Memahami pengertian Multitester
2.Mengetahui jenis-jenis Multitester
3.Mengetahui Fungsi dari Multitester
4.Dapat mengaplikasikan ProsedurPenggunaan
Multitester dengan baik dan
benar
BAB 2
PEMBAHASAN
A.Pengertian Multitester
Multitester
adalah alat pengukur listrik yang juga sering disebut sebagai VOM (Volt-Ohm
Meter).Pada kehidupan sehari-hari multitester dapat digunakan untuk mengukur
tegangan (Volt meter), hambatan (Ohm meter) maupun arus (Ampere meter).
Multitester ada 2 jenis yaitu multitester analog dan digital.
Multitester analog menggunakan peraga jarum moving coil dan besaran ukur berdasarkan arus (elektronis dan non elektronis). Sedangkan multitester digital menggunakan peraga bilangan digital dan besaran ukur berdasarkan tegangan yang dikonversi ke sinyal digital.
Multitester analog menggunakan peraga jarum moving coil dan besaran ukur berdasarkan arus (elektronis dan non elektronis). Sedangkan multitester digital menggunakan peraga bilangan digital dan besaran ukur berdasarkan tegangan yang dikonversi ke sinyal digital.
Spesifikasi Multitester
·
Batas Ukur dan Skala Tegangan searah
(DC&AC), arus (DC), dan resistensi
·
Sensitivitas pengukuran tegangan
·
sensitivitas pengukuran tegangan dalam ΩΩ/V/V
·
ketelitian dalam %
·
jangkauan frekuensi tegangan bolak bolak-balik
·
yang mampu diukur (misalnya antara 20 Hz -
30 KHz).
·
batere yang diperlukan
B. Jenis-jenis Multitester
Multitester ada 2 jenis, yaitu multitester analog dan multitester
digital
1.Multitester Analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan
sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan
jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan
tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah,
jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan
multimeter digital.
Multimeter
analog terdiri dari bagian-bagian penting, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Papan skala
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Knop pengatur nol ohm
5. Batas ukur ohm meter
6. Batas ukur DC volt (dcv)
7. Batas ukur AC volt (acv)
8. Batas ukur ampere meter DC
9. Saklar pemilih (dcv, acv, ohm, ampere dc)
10. Test pin positif (+)
11. Test pin negatif (-)
Cara
Menggunakan Multimeter Analog
Multitester analog dapat digunakan
dengan cara-cara berikut ini:
1.
Untuk memulai setiap
pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila
kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum
tepat pada angka nol (0).
2.
Putarlah sakelar pemilih ke
arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA apabila akan mengukur
arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V untuk
mengukur tegangan DC.
3.
Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan nolkan
dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum
menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4.
Sambungkan penjolok warna
merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
5.
Untuk pengukuran besaran DC,
jangan sampai terbalik kutub positif dan negatifnya karena bisa
menyebabkan alat ukurnya rusak.
2.Multitester Digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki
tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih
banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja. Multimeter digital
biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan
kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan
service center yang memakai multimeter digital.
Kekurangannya adalah susah untuk memonitor
tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang
bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter analog.
Cara Menggunakan Multimeter Digital
Cara menggunakannya sama dengan multimeter
analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya
karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
1.
Putar sakelar pemilih
pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap dipakai.
2.
Hubungkan probenya ke komponen
yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
3.
Catat angka yang tertera pada
multimeter digital.
4.
Penyambungan probe tidak lagi
menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena display dapat
memberitahu.
a. Mengukur
tegangan DC
a.
Atur Selektor pada posisi DCV.
b.
Pilih skala batas ukur
berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di
cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c.
Untuk mengukur tegangan yang
tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya
multimeter tidak rusak.
d.
Hubungkan atau tempelkan probe
multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+)
dan probe warna hitam pada titik
(-) tidak boleh
terbalik.
e.
Baca hasil ukur pada
multimeter.
b. Mengukur tegangan AC
1.
Atur Selektor pada posisi ACV.
2.
Pilih skala batas ukur
berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di
cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
3.
Untuk mengukur tegangan yang
tidak diketahui besarnya
4.
Hubungkan atau tempelkan probe
multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh
terbalik.
5.
Baca hasil ukur pada
multimeter.
c. Mengukur kuat arus DC
1.
Atur Selektor pada posisi DCA.
2.
Pilih skala batas ukur
berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek
sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
3.
Perhatikan dengan
benar batas maksimal kuat arus yang
mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse
(sekring) pada multimeter akan putus dan
multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
4.
Pemasangan probe multimeter
tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur
arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang
akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
5.
Hubungkan probe multimeter
merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+)
dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
6.
Baca hasil ukur pada
multimeter.
d.
Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter....
2.
Pilih skala batas ukur
berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
3.
Batas ukur ohmmeter biasanya
diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan
dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4.
Hubungkan kedua probe
multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5.
Baca hasil ukur pada
multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang
ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
e. Mengukur nilai hambatan
sebuah resistor variabel (VR)
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter.
2.
Pilih skala batas ukur
berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
3.
Batas ukur ohmmeter biasanya
diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan
dengan angka pengali sesuai batas ukur.
4.
Hubungkan kedua probe
multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
5.
Sambil membaca hasil ukur pada
multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum
multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
f. Mengecek hubung-singkat /
koneksi
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter.
2.
Pilih skala batas ukur X 1
(kali satu).
3.
Hubungkan kedua probe
multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
4.
Baca hasil ukur pada
multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik
konektivitasnya.
5.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.
g. Mengecek diode
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter.
2.
ilih skala batas ukur X 1K
(kali satu kilo = X 1000).
3.
Hubungkan probe
multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
4.
Jika diode yang dicek berupa
led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
5.
Jika multimeter menunjuk ke
angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik, jika tidak
menunjuk berarti dioda rusak putus.
6.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
7.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak berarti dioda
rusak bocor tembus katoda-anoda.
h. Mengecek transistor
NPN
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter.
2.
Pilih skala batas ukur X 1K
(kali satu kilo = X 1000).
3.
Hubungkan probe
multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
4.
Jika multimeter menunjuk ke
angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
6.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-C.
7.
Hubungkan probe
multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
8.
Jika multimeter menunjuk ke
angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika
tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
10.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-E.
11.
Hubungkan probe
multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
12.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus C-E.
Note
: pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak
diperlukan.
i.
Mengecek transistor PNP
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter.
2.
Pilih skala batas ukur X 1K
(kali satu kilo = X 1000).
3.
Hubungkan probe
multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
4.
Jika multimeter menunjuk ke
angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
5.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
6.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-C.
7.
Hubungkan probe
multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
8.
Jika multimeter menunjuk ke
angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
9.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
10.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus B-E.
11.
Hubungkan probe
multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
12.
Jika jarum multimeter tidak
menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti
transistor rusak bocor tembus C-E.
Note
: pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak
diperlukan.
j.
Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).
1.
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter..
2.
Pilih skala batas ukur X 1
untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas
100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko
dibawah 10uF.
3.
Hubungkan probe
multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
4.
Pastikan jarum multimeter
bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke
posisi semula.
5.
Jika jarum bergerak dan tidak
kembali maka dipastikan elko bocor.
Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar
C.Fungsi dari Multitester
Multitester memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah :
1.
Alat ukur arus searah
Ammeter
arus searah (DC ammeter) dipergunakan untuk mengukur arus searah. Alat ukur ini
dapat berupa amperemeter, milliamperemeter dan galvanometer. Dalam
mempergunakan ammeter arus searah perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:
- Ammeter tidak boleh dipasang sejajar (paralel) dengan sumber daya
- Ammeter harus dipasang seri dengan rangkaian yang diukur arusnya
- Polaritas (tanda + dan -)
2.
Alat ukur tegangan searah
Suatu
alat ukur tegangan searah umumnya terdiri dari: meter dasar (Amperemeter) dan
rangkaian tambahan untuk memperoleh hubungan antara tegangan searah yang diukur
dengan arus searah yang mengalir melalui meter dasar. Meter dasar merupakan
suatu alat yang bekerja (merupakan stator), dan suatu kumparan yang akan
dilalui arus yang bebas bergerak dalam medan magnet tetap tersebut.
3.
Alat ukur tegangan bolak-balik
Pada dasarnya voltmeter bolak-balik terdiri dari: rangkaian penyearah, meter
dasar (misalnya µA-meter searah) dan resistor seri.
4.
Alat ukur resistansi
Secara
umum suatu rangkaian ohmmeter terdiri dari meter dasar berupa
miliammeter/mikroammeter arus searah, beberapa buah resistor dan potensiometer
serta suatu sumber tegangan searah/batere. Kita mengenal dua macam ohmmeter,
yaitu ohmmeter seri dan ohmmeter paralel.
rangkaian dasar ohmmeter
Multimeter
dapat juga dipergunakan untuk mengukurbesaran-besaran (atau sifat-sifat
komponen) secara tidak langsung).
Beberapa contoh diantaranya adalah:
a. mengukur polaritas dan baik buruknya dioda secara sederhana
b. mengetahui baik buruknya transistor secara sederhana
c. mengukur kapasitansi
d. mengukur induktansi
D.Prosedur Penggunaan
Multimeter
Sebelum digunakan pastikan multimeter tersebut dalam keadaan masih berfungsi dengan mengecek baterai pada multimeter tersebut. Arahkan saklar pemilih pada posisi off. Lalu pasang test pin positif dan negative. Sebelum melakukan pengukuran (tegangan DC, tegangan AC, dan Arus DC), posisikan jarum skala pada angka nol (disebelah kiri). Jika belum menunjuk angka nol, atur dengan pengatur jarum skala secara pelan-pelan agar tidak rusak.
Untuk pengukuran tahanan, arahkan saklar pemilih pada batas ukur Ohm meter terlebih dahulu, lalu hubungkan test pin positif (+) dan test pin negative (-) hingga ujung test pin saling bersentuhan, setelah itu atur jarum skala hingga menunjuk angka nol disebelah kanan dengan menggunakan knop pengatur nol ohm. Perlu di ingat bahwa setiap batas ukur Ohm meter, Jarum skala tidak selalu menunjuk ke angka nol, untuk itu perlu di set dengan benar setelah mengganti batas ukur yang akan digunakan. Bila proses pengukuran sudah selesai atau multimeter sedang tidak digunakan, maka jangan lupa mengatur saklar pemlih pada posisi mati (off) agar baterai yang digunakan tidak cepat habis.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Multitester adalah alat pengukur listrik yang
juga sering disebut sebagai VOM (Volt-Ohm Meter).Pada kehidupan sehari-hari
multitester dapat digunakan untuk mengukur tegangan (Volt meter), hambatan (Ohm
meter) maupun arus (Ampere meter). Multitester meiliki 2 jenis yaitu
multitester analog dan digital. multitester
digital dalam hasil pengukuranya lebih baik dari multitester analog, karena
hasil pengukuran dari multitester digital lebih akurat dari pada multitester
analog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar